Sabtu, 03 Juli 2010

Resume : 11 Konsep Ketuhanan

Nb: just for your knowledge...


Dinamisme (kekuatan)
        Dinamisme berasal dari kata yunani “dynamis” yang dalam bahasa Indonesia disebut kekuatan. Bagi manusia primitif (yang kebudayaannya masih rendah) tiap-tiap benda yang berada di sekelilingnya bisa mempunyai kekuatan batin yang rahasianya tidak diketahui (misterius).

Animisme (Roh)
        Ada masyarakat primitf lain yang berpendapat bahwa semua benda (baik yang bernyawa atau tidak) mempunyai roh. Sungguh pun masyarakat primiitif ini percaya pada roh. Roh bagi mereka bukanlah seperti roh apa yang diketahui. Bagi mereka roh itu tersusun dari suatu zat alam yang halus yang menyerupai uap atau udara 
        Dalam animisme ini, roh itu makan, beberbentuk, dan mempunyai umur. Roh pun dipercayai mempunyai kekuatan dan perasaan. Oleh karena itu “keridhaannya” mesti dicari. (diusahakan) supaya ia tidak marah maka dilakukanlah ritual-ritual untuk para roh.

Politeisme
        Peningkatan makna bahwa roh mempunyai kekuatan ghaib. Setingkat dengan pemaknaan peningkatan nenek moyang menjadi dewa. Perbedaan antar keduanya hanya dalam derajat kekuasaan. Dewa dipandang lebih berkuasa, tinggi, dan mulia. Sedangkan roh dipandang tidak sekuasa dan semulia dewa. Tingkatan roh akan setara dengan dewa bila saja penyembahannya dilakukan dengan cara teratur dan tertentu. Namun bagaimana juga politeisme memperkecil jumlah roh-roh yang disembah dalam animisme. Dan politeisme ini memberi bentuk dan sifat yang lebih jelas bagi dewa-dewa daripada animisme itu sendiri. 
         Pada mulanya dewa-dewa dalam politeisme pun berkedudukan sama , akan tetapi karena beberapa hal lambat laun beberapa dewa pun memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari dewa yang lain. Jadi politeisme itu sendiri adalah paham akan kepercayaan dewa-dewa yang dituhankan, yang setiap dewa berbeda tingkatannya.

Henoteisme / monolatry
           Seiring perkembangan waktu, muncul segolongan masyarakat yang merasa tidak puas bila menyembah banyak dewa. Oleh karena itu muncullah aliran yang mengutamakan hanya satu dewa saja yang diberi kedudukan tertinggi diantara dewa-dewa yang lain. Dewa tertinggi ini dipandang sebagi dewa kepala dari dewa-dewa yang lainnya. Sehingga penyembahannya lebih diutamakan. 
          Sebenarnya paham ini bisa meningkat menjadi monoteisme, namun belum bisa dikatakan sebagai monotesme karena aliran ini berpendapat dewa-dewa yang tidak menjadi prioritas itu menjadi saingan dari dewa yang telah diprioritaskan sebelumnya. Dalam kata lain tidak adanya penolakan terhadap dewa-dewa yang lain.

Monoteisme
            Henoteisme kiranya perlu selangkah lagi untuk meningkat menjadi monoteisme. Kalau dewa-dewa asing yang disangka saingan, dalam monoteisme sudah tidak adalagi berbagai tuhan yang diakui. Hanya ada satu tuhan dalam alam semesta ini. Tiada Tuhan selain Dia.

Deisme
            Monoteisme bisa berbentuk deisme atau teisme. Deisme sendiri berasal dari kata dues (Tuhan). Menurut paham ini, “Tuhan berada jauh diluar alam.” Setelah menciptakan alam semesta tuhan tidak lagi memperhatikan alamnya. Alam berjalan dengan peraturan-peraturan yang tidak berubah-rubah (sunatullah)
           Seperti itulah alam semesta dalam pandangan Deisme (alam bekerja menurut mekanisme yang telah diatur dengan tuhan). Karena Alam bekerja sesuai dengan mekanisme tertentu, maka dalam paham ini tidak terdapat paham mukjizat (sesuatu yang bertentangan dengan sunnatullah). Oleh karena itu dalam paham ini do’a menjadi tidak ada gunanya karena segala sesuatu telah berjalan sesuai mekanisme tertentu dan Tuhan sudah tidak ikut campur lagi dalam soal kehidupan. Menurut Deisme sendiri akal dapat membedakan sendiri yang baik dan yang buruk sehingga tidak perlu lagi akan wahyu dari Tuhan.

Teisme
             Menurut paham ini Tuhan memang berada di luar alam. Akan tetapi walaupun berada di luar alam keberadaan tuhan masih sangat dibutuhkan sebagai pengatur keberjalanan kehidupan ini, oleh Karena itu perlu berhajat pada-Nya. Dalam paham ini, alam tidak beredar menurut ketetapan yang sudah ada, melainkan atas kehendak Tuhan. Oleh karena itu Teisme sendiri masih meyakini adanya mukjizat dan do’a.

Panteisme
        Dalam paham ini, bahwa seluruh cosmo adalah Tuhan. Dan benda-benda yang dapat dijangkau oleh panca indera adalah bagian dari Tuhan karena seluruh cosmo ini adalah satu. Maka Tuhan pun dikatakan satu. Hanya tuhan dalam panteisme mempunyai bahgian-bahagian (berbilang). 
         Dalam paham ini juga tuhan tidak pernah berbubah. Adapun bagian-bagian dari Tuhan yang berubah hanyalah ilusi belaka.

Naturalisme
       Paham ini berpendapat bahwa Ala mini berdiri sendiri dan sempurna(beredar dan beroperasi berdasarkan sifat-sifat yang terdapat dalam dirinya sendiri). Ala mini tidak berasal dari dan tidak bergantung kekuatan gaib (Supranatural) manapun. 
         Paham Naturalis ini muncul saat ilmu pengetahuan tentang alam ini berkembang pesat. Dan ahli ilmu alam melihat bahwa ala mini ber-evolusi dan bergerak menurut aturan-aturan yang tetap. Dengan adanya hokum-hukum alam tidak ada lagi misteri terciptanya alam. Bahkan dengan hukum ini masa depan dapat ditentukan dari sekarang. Tidak adalagi sesuatu yang paling tinggi atau sesuatu yang supreme.

Ateisme
           Paham naturalisme yang berkembang pada akhirnya menghasilkan satu kesimpulan yaitu kepercayaan bahwa Tuhan itu tidak ada atau yang lebih dikenal dengan Ateisme. 
Paham ini berpendapat seperti ini :  
"Kalau betul Tuhan itu ada mengapa tidak menunjukan dirinya ? 
"Kalau betul Tuhan itu ada mengapa Ia tidak menciptakan alam ini sekaligus sempurna."

"Kalau betul tuhan ada mengapa diciptakan kejahatan, apakah alam yang penuh kekacauan ini adalah ciptaan Tuhan yang Maha Sempurna lagi Maha Mengetahui? 
"Kalau memang ada Tuhan yang menciptakan alam ini, seharusnya tidak terjadi kehancuran, kejahatan, bahkan kekacauan? Oleh karena itu alam yang ada sekarang ini bukanlah ciptaan tuhan.

Agnotisime
       Kalau misalkan ada faham yang tegas mengatakan bahwa Tuhan itu ada, dan dengan tegas pula menyatakan Tuhan itu tiada. Tetapi ada juga yang mengatakan keraguan akan adanya Tuhan. Atau secara sederhananya manusia tidak bisa memperoleh pengetahuan tentang tuhan. Atau yang lebih dikenal dengan sebutan Agnotisisme (tidak mengetahui)
        Paham ini tidak tega mengatakan ketidak adaan Tuhan. Paham ini menyatakan mungkin saja ada namun manusia tidak bisa mengetahui-Nya secara positif. Atau sceptis (ragu-ragu). Istilah Agnotistik diciptakan oleh Thomas Heniy Huxley (1825-1895) sebagai lawan kata dari guostik yang menyatakan bahwa pengetahuan positif tentang tuhan dapat diperoleh manusia. Oleh karena itu seorang agnostic bisa percaya dengan adanya tuhan tapi tidak tahu siapa dan bagaimana sifat-sifat Tuhan itu.
(Source : Catatan Pribadi)

0 komentar: