Suatu senja
bersama Pelangi. Tangan ini mengambil sebuah buku sekenanya. Tak ada sesuatu
yang spesial ketika memandangi cover buku tersebut. Hanya rasa kagum akan desain
cover yang terlihat mewah. Entahlah apa namanya, yang jelas itu seperti sebuah plastik
berpola yang ditempel dan menghasilkan ragam warna ketika digoyang. Heumh,
kreatif.
Masih menikmati
eksotika muka buku. Pikiranku mulai bertanya-tanya, kalau depannya saja
terlihat ciamik, gimana bagian belakangnya yah? Sesaat kemudian saya
membalikkan buku tersebut. Ketika itulah, mata saya langsung terbelalak. Ada
perasaan tak percaya melihat sebuah foto terpajang manis mengisi laman penulis.
Seorang gadis berjilbab kuning hitam, nampak dominan di antara warna orange dan
hijau di halaman buku tersebut.
Entahlah, baru
kali ini saya begitu terharu sekaligus bangga ketika melihat sebuah buku.
Seakan ada tali yang menyimpul kuat yang menjadikan buku dan penulis itu sangat
istimewa. Seragam sekolah yang dikenakan penulis itu, mengingatkan bahwa saya
juga pernah berada di dunia yang kini tengah ia pijak. Sebuah gedung hijau yang
teduh, pernah menjadi saksi keberadaan saya di sana.
Tak sampai
berhenti di halaman belakang. Pikiran ini kemudian menuntun saya untuk segera
membuka halaman copyright. Sekadar melihat kapan tepatnya buku ini lahir.
Tergurat jelas angka 2011. Itu artinya sekitar dua tahun yang lalu sang penulis
merampungkan imajinasinya. Yah, sudah cukup lama. Adakah diwaktu itu, karya ini
diapresiasi?
Buku tersebut
berjudul Mysterious Egypt. Sebuah buku
yang membuktikan, bahwa anak kecil pun bisa mempunyai karya. Penulis itu bernama
Husna Salsabila. Dalam keterangan buku tersebut, ia masih duduk di kelas enam
SD. Artinya, saat ini mungkin ia tengah menikmati masa putih birunya. Satu kata
yang terucap refleks saat itu.. keren!!
Walaupun setelah
membacanya, ada beberapa hal yang perlu dikoreksi. Mulai dari latar tempat yang
masih ambigu, logika penulisan yang kurang tersusun, serta supraise cerita yang
terlalu diada-ada. Tapi tetap, saya akan mengacungi dua jempol ini untuk
penulis cilik itu. sebab dengan membaca buku itu, ada satu semangat yang
kembali muncul. Kalau dara kecil itu bisa merampungkan idenya menjadi sebuah
buku, masa saya enggak?
Peru, 12 Mei 2013