Minggu, 12 Mei 2013

Tentang Buku yang Memotivasi

Suatu senja bersama Pelangi. Tangan ini mengambil sebuah buku sekenanya. Tak ada sesuatu yang spesial ketika memandangi cover buku tersebut. Hanya rasa kagum akan desain cover yang terlihat mewah. Entahlah apa namanya, yang jelas itu seperti sebuah plastik berpola yang ditempel dan menghasilkan ragam warna ketika digoyang. Heumh, kreatif.

Masih menikmati eksotika muka buku. Pikiranku mulai bertanya-tanya, kalau depannya saja terlihat ciamik, gimana bagian belakangnya yah? Sesaat kemudian saya membalikkan buku tersebut. Ketika itulah, mata saya langsung terbelalak. Ada perasaan tak percaya melihat sebuah foto terpajang manis mengisi laman penulis. Seorang gadis berjilbab kuning hitam, nampak dominan di antara warna orange dan hijau di halaman buku tersebut.

Entahlah, baru kali ini saya begitu terharu sekaligus bangga ketika melihat sebuah buku. Seakan ada tali yang menyimpul kuat yang menjadikan buku dan penulis itu sangat istimewa. Seragam sekolah yang dikenakan penulis itu, mengingatkan bahwa saya juga pernah berada di dunia yang kini tengah ia pijak. Sebuah gedung hijau yang teduh, pernah menjadi saksi keberadaan saya di sana.

Tak sampai berhenti di halaman belakang. Pikiran ini kemudian menuntun saya untuk segera membuka halaman copyright. Sekadar melihat kapan tepatnya buku ini lahir. Tergurat jelas angka 2011. Itu artinya sekitar dua tahun yang lalu sang penulis merampungkan imajinasinya. Yah, sudah cukup lama. Adakah diwaktu itu, karya ini diapresiasi?

Buku tersebut berjudul Mysterious Egypt. Sebuah buku yang membuktikan, bahwa anak kecil pun bisa mempunyai karya. Penulis itu bernama Husna Salsabila. Dalam keterangan buku tersebut, ia masih duduk di kelas enam SD. Artinya, saat ini mungkin ia tengah menikmati masa putih birunya. Satu kata yang terucap refleks saat itu.. keren!!

Walaupun setelah membacanya, ada beberapa hal yang perlu dikoreksi. Mulai dari latar tempat yang masih ambigu, logika penulisan yang kurang tersusun, serta supraise cerita yang terlalu diada-ada. Tapi tetap, saya akan mengacungi dua jempol ini untuk penulis cilik itu. sebab dengan membaca buku itu, ada satu semangat yang kembali muncul. Kalau dara kecil itu bisa merampungkan idenya menjadi sebuah buku, masa saya enggak?







Peru, 12 Mei 2013