Sabtu, 29 Januari 2011

Dibalik Ujian Tersimpan Kesuksesan

Oleh : Ranke Sanbbi

Tak ada tugas, tak ada tantangan..
Tak ada tantangan, tak ada perubahan..
Tak ada perubahan, tak ada kesempatan..
Tak ada kesempatan, tak ada perbaikan..
Tak ada perbaikan, tak ada gunanya hidup..

Pernahkah kita merasa bosan dengan hidup yang sedang dijalani??
Atau pernahkah kita merasa ingin lari dari sekelumit permasalahan yang sedang melanda??

Mungkin pernah, walaupun jarang disadari secara sepenuhnya. Karena yang namanya masalah merupakan sebuah sunatullah yang pasti akan menimpa diri kita selaku makhluk Allah yang bernyawa. Terlepas dari perspektif apakah masalah tersebut merupakan masalah yang rumit atau hanya masalah yang sepele.
Saya ibaratkan masalah bagaikan bom waktu yang siap meledak (tinggal menunggu waktu). Disaat pemicunya aktif, maka DUAR !!! berhadapanlah kita dengan yang namanya masalah. Lalu apabila sudah seperti itu apa yang mesti dilakukan?? Berdiam dirikah?? Lari dari persoalankah?? Atau harus bagaimana, agar masalah yang sedang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik??
Sebelum beranjak jauh membicarakan hal tersebut, ada sebuah cerita imajinatif yang menarik untuk kita cermati bersama, kisah ini menceritakan tentang kisah si-pembuat guci, seperti apa kisahnya?? Mari kita simak bersama !!

ALKISAH suatu hari di sebuah pabrik pembuat guci, terdapat seorang buruh yang piawai dalam membuat guci. Seperti biasa si-pembuat guci tersebut mengambil sebongkah tanah liat di belakang halaman. Layaknya proses pembuatan guci pada umumnya, dengan cekatan dia menaruh tanah liat tadi diatas alat putar pencetak guci. Karena merasa pusing, tanah liat itu pun mengaduh seraya berkata : ”Aduh.. tuan saya pusing !!!”. Dengan penuh ketenangan si-pembuat guci itupun menjawab : ”Tenang, saya sedang membuat kamu menjadi sesuatu”

Setelah proses pembentukannya selesai, tanah liat yang mulai berbentuk itu dibakar dalam pemanas besar dengan suhu yang sangat panas. Saking panasnya, tanah liat itupun berteriak : ”Waduh, panas... panas.. aku gak kuat ah !!”, si-buruh yang piawai tadi kembali menenangkan sekaligus memberi semangat kepada tanah liat yang sudah berbentuk dan mulai mengeras itu. ”Tenang, sabar.. kamu pasti bisa melewati ini semua. 

Setelah melalui proses pengeringan dengan cara dibakar, tibalah saatnya si-guci untuk di haluskan dan diwarnai. Tanah liat itu hanya bisa pasrah dan tetap menjalani proses yang dilakukan oleh si-pembuat guci tersebut. Walaupun terasa lelah dan capek luar biasa. 

Tak lama kemudian si-pembuat guci itupun memberikan sebuah cermin. Betapa terkejutnya si-guci saat melihat dirinya yang sudah jauh berubah menjadi sebuah guci yang cantik nan elok, yang dihiasi pernak-pernik dengan berbagai motif dan warna. Berdecak kagumlah si-guci tersebut : ”Waw, betapa indahnya aku ini”.
Kemudian si-pembuat guci tersebut berkata kepada si-guci. “ya, tentu.. inilah buah dari kesabaranmu, keteguhanmu, serta sifat pantang menyerahmu dalam menjalani proses pembuatan guci sebelumnya. Bayangkan, bila tadi kamu tidak mau melanjutkan tahapan-tahapan yang akan ku lakukan padamu, tentulah kamu tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Lihatlah betapa eloknya dirimu sekarang.” 

Sekejap saja derita-derita yang tadi dialami hilang begitu saja.. yang ada tinggalah rasa bangga yang dirasakan oleh guci dan pembuatnya. SEKIAN

KAWAN.. berkaca dari cerita di atas selama ini mungkin kita masih terlalu pagi untuk berkata “aku tak bisa”, “aku pasti gagal”. Seakan kita tidak percaya kepada Allah yang tidak akan memberikan cobaan yang melebihi kapasitas kita selaku makhluk yang lemah. Seakan kita pun tidak percaya pada diri kita, orang-orang disekeliling kita, atau apapun yang dapat menjadi faktor keberhasilan... faktor kesuksesan...

Seringkali kita lebih mempercayai bisikan-bisikan kelemahan.. hasutan-hasutan kehancuran. Padahal dengan masalah yang sedang dihadapi, sebenarnya Allah sedang membentuk kita menjadi pribadi-pribadi yang jauh lebih baik dari sekarang. Jauh lebih baik disisi Allah kelak..

Apalagi kita selaku ummat muslim, yang mempunyai visi misi dan tujuan hidup.. sayang sekali kalau dalam persinggahan hidup ini kita kalah oleh tantangan yang semestinya kita bisa menaklukan itu.

***