Sabtu, 02 Februari 2013

RINDU KEMUNING SENJA



Di sepanjang hamparan alam semesta, bulan sabit masih setia menggelayut mesra di tangan langit. Kerlip gugusan bintang berderet tak beraturan. Ragam cahaya lampu kembali mempersolek malam hingga nampak indah dipandang.
Duduk di tepi halaman. Menopang dagu, memandang angin. Sesekali merobah posisi, lalu melamun kembali.
Masih hangat dalam ingatan, ketika kemuning Senja memeluk Violet. Ada senyum yang terukir, juga rasa sayang yang menyimpul. Di temani segelas cerita, mereka reguk alur sastranya bersama. Beradu imajinasi menjadi hal yang tak bisa terhindarkan. Tak ada yang ingin mengalah. Hanya waktu yang bisa menegur. Fajar sudah menyingsing, begitulah pesannya.
Selesai menyibak dosa, sebelum menebar pesona, Senja menyempatkan untuk menatap cermin. Sejenak berfikir, seraya mengusik Violet. ”Hei, senyumku manis yah? Semanis senyumnya Monalisa,” akunya pede.
Violet tentu saja tidak setuju.
Semangat !!! tiba-tiba teriak Senja tanpa komando.
”Kenapa sih loh? tiap pagi nularin virus yang gak jelas,” umpat Violet sambil tersenyum.
’Kenapa? Masalah buat loh?” balasnya lagi sambil menirukan gaya Soimah.
”Iya, berisik,” timpalnya sambil melemparkan boneka-boneka yang ada di dekatnya.
***

Bulan sabit benar-benar setia bergelayutan di langit. Walaupun kini, posisinya sudah agak miring ke ufuk timur.
Dering ponsel pun membuyarkan lamunannya. Sedikit gerakan, layar pesan pun terbuka. Lagi, ia harus menelan rasa kecewa. Pesan ini bukan dari Senja. Ia kembali terdiam. Tersenyum dalam kegamangan. Jemarinya menuju menu galeri. Tersimpan banyak gambar unik miliknya. Ia buka satu persatu. Jarinya terhenti di sebuah foto. Ia tatap lekat foto Senja yang tengah tersenyum manja. Benar-benar seperti Monalisa.
Namun, semuanya telah hilang. Setiap pagi ia tidak mendengarnya lagi. Dia coba mengucapkannya sendiri. “Semangat….!!!” Terasa kosong. Tak ada senyuman yang mereka ciptakan bersama. Tak ada cerita-cerita lucu yang membuat mereka tertawa. Tak ada rahasia baru yang membuat mereka menangis. Senja telah pergi, seiring dengan kemunculan malam. []
*(APR)