Selasa, 04 Desember 2012

Profil Tabloid Alhikmah 2011





Selayang Pandang
Berdirinya tabloid Alhikmah, bermula dari sekumpulan semangat beberapa aktivis muda Islam, dalam melihat fenomena opini media mainstream yang terkesan memojokkan umat. Maka keinginan untuk memunculkan sebuah media alternatif yang lebih menyentuh dimensi keislaman, menjadi sesuatu yang penting untuk dihadirkan ke tengah-tengah masyarakat.
Munculah Tabloid Alhikmah, yang saat itu diinisiasi oleh Dompet Dhuafa Bandung (DD Bandung). Dengan harapan, tabloid tersebut menjadi bacaan alternatif yang menjadi referensi dalam membentengi umat dari pemikiran dan pemahaman yang bertentangan dengan akidah Islamiyah.

Nama Alhikmah sendiri, salah satunya terinspirasi dari QS An Nahl: 125 yang berbunyi “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah”. Kata hikmah di sana dapat diartikan sebagai cara yang arif, bijaksana, dan penuh kelembutan. Dengan brand ini, Alhikmah berusaha mewujudkan Islam yang menjadi rahmat bagi semua orang (rahmatan lil ‘alamin). Maka tercetuslah sebuat tagline pertama Alhikmah, yaitu : ”Menebar Spirit Islam“.

Tabloid Alhikmah mulai menerbitkan edisi pertamanya pada 1 September 2006, atau dalam kalender Islam 8 Sya’ban 1427 H. Pada saat itu, Alhikmah masih terbit berskala dwi mingguan dan masih bertempatkan di Gedung Ad-Dakwah jalan Sidomukti-Pahlawan.

Walaupun di bawah naungan Sinergi Foundation (Yayasan Semai Sinergi Umat), sebagai bagian dari unit pengembangan bisnis (business development) DD Bandung, Alhikmah yang saat itu dipimpin Asep Syamsul M Romli, secara keredaksian terpisah dengan tim pemasaran DD Bandung itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan, kurang solidnya tim pemasaran dengan tim redaksi. Alhasil pada saat itu, banyak Tabloid Alhikmah yang tertumpuk di gudang, tanpa bisa dipasarkan.

Akhirnya, mulai edisi ketujuh, tepatnya pada Desember 2006 diputuskan bahwa tim pemasaran langsung berada di bawah pengaturan Tim Fundraising DD Bandung. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah kinerja tim redaksi dalam bekerja, sekaligus sebagai upaya mengoptimalkan koneksi dan jaringan yang ada. Seiring dengan keputusan tersebut, maka kantor redaksi pun beralih ke Jalan Soekarno Hatta Ruko Metro Trade Centre (MTC) blok G No 21.
Keputusan tersebut bertahan dari edisi 7 hingga edisi 29, atau sekitar dua tahunan. Karena seiring berjalannya waktu, keputusan itu pun nyatanya belum efektif. Sebab Tim Fundraising sendiri lebih terfokus pada pemasaran program-program dari DD Bandung. Akibatnya Alhikmah yang dipertengahan perjalanannya sudah mulai terbit sebulan sekali, beberapa edisi sempat turun harga yang awalnya Rp5.000,- menjadi Rp3000,-.

Melihat kondisi seperti itu, redaksi Alhikmah beserta jajarannya kembali melakukan perubahan. Tepat pada awal Januari 2009, masih dalam rangka mengefektifkan kinerja tim (baik tim redaksi ataupun pemasaran), maka diputuskanlah untuk menyatuatapkan antara kantor redaksi Tabloid Alhikmah dengan kantor Dompet Dhuafa, yang kini berada di Jalan Pasir Kaliki No. 143 Bandung. Selain itu, posisi pimpinan redaksi pun digantikan oleh Handono Bhakti Sungkaryo.
Di edisi yang ke-30 ini Alhikmah tampil dengan konsep baru. Mulai dari logo yang lebih dikuatkan sisi filosofisnya, penyajian rubrik baru, termasuk perubahan pada gaya penulisan. Apabila pada edisi sebelumnya, Alhikmah yang selalu mengambil data lewat literatur cetak ataupun situs-situs online, maka pada kesempatan tersebut, redaksi Alhikmah mulai merekrut tim jurnalis.

Tidak hanya itu, Alhikmah mencoba untuk mempertegas kembali sikap dan ideologi media dalam memandang persoalan yang bersinggungan dengan dunia Islam. Hal tersebut dapat dilihat pada judul-judul tiap edisinya yang tegas dan cenderung provokatif. Namun demikian, Alhikmah tetap menyajikan beragam narasumber baik yang pro ataupun kontra, sehingga secara keilmuan Tabloid Alhikmah tetaplah bacaan yang kaya akan perspektif.

Setahun berlalu, tepatnya hingga edisi ke-41. Perjalanan Alhikmah diwarnai kritik konstruktif dari masyarakat. Tidak jarang misalnya celotehan pembaca yang menganggap bahwa Alhikmah itu adalah media Sabili yang berbentuk tabloid. Tak ingin dianggap demikian, maka jajaran redaksi pun kembali melakukan evaluasi. Akhirnya, tercetuslah sebuah ide untuk lebih mengangkat hal-hal yang bersifat inspiratif daripada sekadar teoritis. Maka pada edisi ke-42, Alhikmah mencoba menghadirkan beragam sosok inspiratif yang bisa menjadi bukti sekaligus teladan bagi masyarakat di era kekinian. Seiring dengan perubahan tersebut, tagline Alhikmah kembali berubah menjadi “Khazanah Inspirasi Umat”.

Perubahan ini ditandai dengan pengemasan rubrik profil yang tidak lagi disajikan dalam format tanya jawab, namun dengan teknik mengisahkan. Dengan begitu, diharapkan pesan-pesan inspiratif dapat lebih merasuk dan membangkitkan ghirah spiritual di dalam jiwa. Formatan ini menjadi ciri khas Alhikmah, setidaknya hingga akhir 2011.

Pada awal 2012, tepatnya di edisi ke-66. Alhikmah semakin melebarkan sayap perjuangan yang tidak lagi tersekat oleh batas geografis (wilayah Bandung dan Jawa Barat saja). Melihat segmentasi usia pembaca yang notabene 31 - 51 tahun, Alhikmah pun ingin menyentuh pembaca dari kalangan pemuda. Maka dengan target barunya itu, berubah pulalah tagline Alhikmah menjadi, “Inspirasi Setiap Generasi” yang ditandai dengan munculnya rubrik Next Generation. []

0 komentar: