Selayang Pandang
Berdirinya tabloid Alhikmah,
bermula dari sekumpulan semangat beberapa aktivis muda Islam, dalam melihat
fenomena opini media mainstream yang
terkesan memojokkan umat. Maka keinginan untuk memunculkan sebuah media
alternatif yang lebih menyentuh dimensi keislaman, menjadi sesuatu yang penting
untuk dihadirkan ke tengah-tengah masyarakat.
Munculah Tabloid Alhikmah, yang saat itu diinisiasi oleh Dompet Dhuafa Bandung
(DD Bandung). Dengan harapan, tabloid tersebut
menjadi bacaan alternatif yang menjadi referensi dalam membentengi umat dari
pemikiran dan pemahaman yang bertentangan dengan akidah Islamiyah.
Nama Alhikmah sendiri,
salah satunya terinspirasi dari QS An Nahl: 125 yang berbunyi “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah”. Kata hikmah di sana
dapat diartikan sebagai cara yang arif, bijaksana, dan penuh kelembutan. Dengan
brand ini, Alhikmah berusaha mewujudkan Islam yang menjadi rahmat bagi semua orang (rahmatan
lil ‘alamin). Maka tercetuslah sebuat tagline
pertama Alhikmah, yaitu : ”Menebar Spirit Islam“.
Tabloid Alhikmah mulai
menerbitkan edisi pertamanya pada 1 September 2006, atau dalam kalender Islam 8
Sya’ban 1427 H. Pada saat itu, Alhikmah masih
terbit berskala dwi mingguan dan masih bertempatkan di Gedung Ad-Dakwah jalan
Sidomukti-Pahlawan.
Walaupun di bawah naungan Sinergi Foundation (Yayasan Semai
Sinergi Umat), sebagai bagian dari unit pengembangan bisnis (business development) DD Bandung, Alhikmah yang saat itu dipimpin Asep
Syamsul M Romli, secara keredaksian terpisah dengan tim pemasaran DD Bandung
itu sendiri. Hal tersebut mengakibatkan, kurang solidnya tim pemasaran dengan tim
redaksi. Alhasil pada saat itu, banyak
Tabloid Alhikmah yang tertumpuk di
gudang, tanpa bisa dipasarkan.
Akhirnya, mulai edisi ketujuh, tepatnya pada Desember 2006
diputuskan bahwa tim pemasaran langsung berada di bawah pengaturan Tim
Fundraising DD Bandung. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah kinerja tim
redaksi dalam bekerja, sekaligus sebagai upaya mengoptimalkan koneksi dan
jaringan yang ada. Seiring dengan keputusan tersebut, maka kantor redaksi pun
beralih ke Jalan Soekarno Hatta Ruko Metro Trade Centre (MTC) blok G No 21.
Keputusan tersebut bertahan dari edisi 7 hingga edisi 29, atau
sekitar dua tahunan. Karena seiring berjalannya waktu, keputusan itu pun
nyatanya belum efektif. Sebab Tim Fundraising sendiri lebih terfokus pada
pemasaran program-program dari DD Bandung. Akibatnya Alhikmah yang dipertengahan perjalanannya sudah mulai terbit
sebulan sekali, beberapa edisi sempat turun harga yang awalnya Rp5.000,-
menjadi Rp3000,-.
Melihat kondisi seperti itu, redaksi Alhikmah beserta jajarannya kembali melakukan perubahan. Tepat pada
awal Januari 2009, masih dalam rangka mengefektifkan kinerja tim (baik tim
redaksi ataupun pemasaran), maka diputuskanlah untuk menyatuatapkan antara kantor
redaksi Tabloid Alhikmah dengan kantor
Dompet Dhuafa, yang kini berada di Jalan Pasir Kaliki No. 143 Bandung. Selain
itu, posisi pimpinan redaksi pun digantikan oleh Handono Bhakti Sungkaryo.
Di edisi yang ke-30 ini Alhikmah
tampil dengan konsep baru. Mulai dari logo yang lebih dikuatkan sisi
filosofisnya, penyajian rubrik baru, termasuk perubahan pada gaya penulisan. Apabila
pada edisi sebelumnya, Alhikmah yang selalu
mengambil data lewat literatur cetak ataupun situs-situs online, maka pada kesempatan tersebut, redaksi Alhikmah mulai merekrut tim jurnalis.
Tidak hanya itu, Alhikmah
mencoba untuk mempertegas kembali sikap dan ideologi media dalam memandang
persoalan yang bersinggungan dengan dunia Islam. Hal tersebut dapat dilihat pada
judul-judul tiap edisinya yang tegas dan cenderung provokatif. Namun demikian, Alhikmah tetap menyajikan beragam
narasumber baik yang pro ataupun kontra, sehingga secara keilmuan Tabloid Alhikmah tetaplah bacaan yang kaya akan
perspektif.
Setahun berlalu, tepatnya hingga edisi ke-41. Perjalanan Alhikmah diwarnai kritik konstruktif dari
masyarakat. Tidak jarang misalnya celotehan
pembaca yang menganggap bahwa Alhikmah
itu adalah media Sabili yang berbentuk tabloid. Tak ingin dianggap demikian,
maka jajaran redaksi pun kembali melakukan evaluasi. Akhirnya, tercetuslah
sebuah ide untuk lebih mengangkat hal-hal yang bersifat inspiratif daripada
sekadar teoritis. Maka pada edisi ke-42, Alhikmah
mencoba menghadirkan beragam sosok inspiratif yang bisa menjadi bukti
sekaligus teladan bagi masyarakat di era kekinian. Seiring dengan perubahan
tersebut, tagline Alhikmah kembali berubah menjadi
“Khazanah Inspirasi Umat”.
Perubahan ini ditandai dengan pengemasan rubrik profil yang
tidak lagi disajikan dalam format tanya jawab, namun dengan teknik mengisahkan.
Dengan begitu, diharapkan pesan-pesan inspiratif dapat lebih merasuk dan
membangkitkan ghirah spiritual di
dalam jiwa. Formatan ini menjadi ciri khas Alhikmah,
setidaknya hingga akhir 2011.
Pada awal 2012, tepatnya di edisi ke-66. Alhikmah semakin melebarkan sayap perjuangan yang tidak lagi tersekat
oleh batas geografis (wilayah Bandung dan Jawa Barat saja). Melihat segmentasi
usia pembaca yang notabene 31 - 51 tahun, Alhikmah
pun ingin menyentuh pembaca dari kalangan pemuda. Maka dengan target barunya
itu, berubah pulalah tagline Alhikmah
menjadi, “Inspirasi Setiap Generasi” yang ditandai dengan munculnya rubrik Next Generation. []
0 komentar:
Posting Komentar