Minggu, 14 April 2013

Tentukan Saja Tiga Kata Kuncinya

Selain menulis dari apa yang kau pikirkan. Saya menemukan lagi cara menulis yang mudah. Cukup dengan menentukan tiga kata kunci. Lalu kembangkanlah. Di pertemuan kali ini, tiga kata kunci yang akan dibuat itu adalah Mata - botol – sakit. Heumh, penasarankan bakal jadi gimana? Dan beginilah hasilnya :
~~~

Di sudut ruangan itu, seorang pria tengah tertunduk, Satu persatu orang-orang yang ada di sana hilir mudik masuk sebuah ruangan. Di ruangan tersebut, terdapat meja dan dua buah kursi yang saling menghadap. “Bapak Andi!! Sahut perempuan berbaju putih memanggil. Pria yang dipanggil itu langsung berdiri dan berjalan ke sumber suara.

“Siang bu dokter,” sapa Pak Andi ramah.

“Siang,” jawab dokter itu singkat. “Bapak Andi sakit apa?” tanya dokter itu kemudian.

Sakit Mata nih dok,”jawab pak Andi sambil menunjukan mata kirinya yang berwarna merah dan agak bengkak.

Sejurus kemudian, dokter tersebut mengambil senter kecil dan menyorotnya ke mata kiri pak Andi. Sambil mengangguk-anggukan kepala, dokter itu menyuruh pak andi mengedip-ngedipkan matanya. Seketika itu keluarlah sebuah cairan hijau dari sudut matanya. Rupanya itulah yang namanya cileuh. Saking banyaknya, dokter tersebut mengambil sebuah botol untuk nandean cileuh pak Andi.

Sambil tersenyum, dokter itu pun berkata, “nah pak Andi, karena sakit, mata, dan botolnya sudah tertulis. Bapak boleh pulang. Pak Andi pun pulang dengan riang gembira, karena tugasnya selesai.[]

U Write What U Think


Menulis,, ya menulis. Ditemani alunan gitar dan suar taman, otakku dituntut untuk terus menulis. Apa yang harus kutulis? Sebetulnya, saya bukanlah orang yang pandai merangkai kata. Apalagi bila diwaktu seperti ini. T_T

Btw, tentang menulis, saya jadi teringat dengan salah satu teman yang juga hobi menulis. Di usianya yang masih belia, dia lebih lama berkecimpung di dunia tulis menulis dibandingkan saya. Dengan segudang pengalamannya itu, ia selalu mengatakan kepada saya, “Tulislah apa yang kau pikirkan.” Agak gak ngerti juga dengan ucapannya, pasalnya terlalu banyak hal-hal yang saya pikirkan, trus mau nulis apa? Masa iyah semua yang terlintas di benakku yang masih polos ini, harus dituliskan semuanya?

Jujur pada awalnya saya bingung dengan rumus menulis itu, hingga ia melanjutkan petuahnya. Maksudnya tulislah apa yang sedang kau pikirkan hingga ide yang ada dipikiranmu itu habis (red. mentok). Setelah itu, baru edit satu persatu, mana yang kira-kira cocok dengan yang ingin kau tulis dan mana yang enggak. Begitu rupanya jurus yang ia pakai, hingga ia berhasil merampungkan buku-bukunya.

Akhirnya saya mengerti petuah itu. Buktinya, tulisan ini hadir dengan cara yang demikian, padahal awalnya gak kayak gini.. bwhahahaa.. []