Rabu, 11 Agustus 2010

Renungan Ramadhan ; Marhaban Ya Ramadhan

Allahu Akbar… Allaaaaaaaaaaahu Akbar..

SEPERTI biasa, lantunan adzan bersahutan dari satu masjid ke masjid yang lainnya... Entah ada apa, hampir seluruh masyarakat sekonyong-konyong berbondong-bondong dengan balutan busana muslim pergi ke masjid terdekat, mulai itu dari bocah-bocah kecil… para pemuda... hingga mereka-mereka yang lanjut usia…

TERPANCAR rona kegembiraan dalam hatiku melihat semua ini… Andai bukan di bulan ini saja situasi ini terjadi, pastilah hidup ini semakin indah… Namun entah mengapa, ada rasa heran merasuk halus lalu bergumul di pikiranku… Kemana sajakah mereka selama ini ? Mengapa mereka begitu tega membiarkan masjid-masjid hanya terisi satu hingga dua baris setiap kali sholat ? sedangkan diwaktu yang sama, tanpa rasa bersalah mereka pergi ke tempat-tempat yang justru membuat mereka lupa akan Tuhannya, bahkan terlena oleh sajian gemerlapnya dunia ?

ADAKAH rasa malu dihati mereka, setelah sekian lama mereka meninggalkan dan tak bersujud di “rumah-Nya” ? kini di detik-detik penyambutan bulan ini, mereka datang mengharap sejuta cinta Rabbana yang telah mereka lupakan… bahkan yang telah mereka duakan…

MASIH adakah secuil penyesalan yang hinggap dihati mereka ? Karena seringkali menempatkan kepuasan nafsunya diatas segalanya… Hingga hidupnya dihabiskan untuk memuaskan nafsu-nafsu yang sebenarnya takkan pernah terpuaskan…

SEMAKIN dalam aku bertanya, sedalam itu pulalah aku pun menyadari ke Maha Pemurahan-Nya. Bagaimana tidak, pembangkangan yang luar biasa yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya dibalas indah dengan memberikan kesempatan pada mereka-mereka yang masih dan mau menghamba kepada-Nya untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas penghambaannya.

DALAM menyambut detik-detik yang sangat ditunggu kaum muslimin ini. Aku teringat sebuah panjatan do’a malaikat Jibril sesaat menyambut bulan yang agung ini, sungguh do’a yang begitu menyentuh hati. Malaikat Jibril berdo’a agar tidak menerima shaumnya umat Rasulullah, manakala seorang suami yang belum bermaafan dengan istrinya, seorang anak yang belum berma’afan dengan kedua orang tuanya, dan seorang mu’min yang belum bermaafan dengan mu’min lainnya. Lalu Rasulullah pun meng-amini permintaan malaikat jibril ini. Seketika leburlah semua egoku. lelehlah air mata kehinaanku.. tersadar jelas akan eksistensi diri selaku makhluk bahwa diri ini lemah, bahwa aku butuh dengan-Nya.. Setiap detik..

MALAM pun semakin larut dengan dendangan shalawat dan do’a yang dipanjatkan khidmat mengisi detik-detik penyambutanku akan datangnya tamu agung ini, tamu yang diperuntukan khusus dari Sang Pencipta bagi ummat-Nya yang beriman. Tamu yang didalamnya memiliki sejuta kelipatan dan keutamaan. Tamu yang memiliki pahala disetiap detik, menit, dan jamnya. Tamu yang dimana dapat mempersatukan ukhuwah Islamiyah umat Nabiullah. Tak lain tamu itu ialah “Bulan Suci Ramadhan”. MARHABAN YAA RAMADHAN, selamat datang bulan Ramadhan..

***