“Habib, kok begini?” tanya Buya Hamka terheran heran
sesaat menyaksikan jamaah wanita KH Habib Utsman yang rata-rata tak
berkerudung. Bahkan tak sedikit di antaranya yang mengenakan rok mini. Tentu
saja, seorang Buya Hamka merasa asing dengan acara pengajian seperti itu.
Lalu dengan santai, Kyai yang bermarga Al-Aydarus itu
menjawab, “Coba Buya lihat dari sisi yang berbeda. Mereka datang ke Masjid
Assalam ini saja, sudah merupakan sebuah keberhasilan. Masalah pakaian yang
belum layak, itu ihwal yang berbeda. Dan itu yang akan menjadi tugas
selanjutnya.“ [] (Tabloid Alhikmah, Edisi Februari 2011)
Syahdan, ada yang menarik dari cuplikan dialog di
atas. Sebagai seorang ulama yang terpandang, tentunya pertanyaan Buya Hamka
tidaklah keliru. Di benaknya, sebuah majelis itu selayaknya dihadiri oleh
orang-orang yang berpakaian rapi nan sopan. Apalagi bila digunakan untuk
menuntut ilmu dan mengkaji ayat-ayat Allah.
Namun kenyataannya, antara pandangan teori dengan realitas
sosial tak selamanya seiring sekata. Kuatnya cengkraman kemiskinan, cenderung membuat masyarakat
lebih memprioritaskan urusan perut daripada
rohani. Maka tak berlebihan,
bila K.H. Habib Utsman berpendapat “kedatangan
mereka ke masjid, adalah suatu keberhasilan.” Baik untuk yang mengajaknya,
ataupun yang datang atas
inisiatif pribadi.
Sehebat apapun seorang da’i, bila memang tak ada niat
yang tulus dari mad’unya untuk mendengarkan, maka apa yang dikatakan da’i
tersebut hanya akan masuk telinga kiri lalu keluar telinga kanan. Tengok saja
fenomena shalat jumat saat ini. Sebagus apapun pakaian yang dikenakan, sewangi
apapun parfum yang digunakan, selebar apapun sajadah yang digelar, tetaplah
berujung pada kesia-siaan. Seringkali
ada yang tak acuh, niat
tidur, dan mengobrol sembari bersandar di sudut belakang masjid.
Kalau sudah seperti ini, bagaimana mungkin cahaya Islam terpancar
kepada mereka yang dating hanya
sebatas penggugur kewajiban semata? Bukankah Islam itu harus diserukan? Walau
satu ayat, kepada siapa saja, dan dalam kondisi bagaimanapun?
Maka, dengan mengucapkan basmallah, mari kita berikan
apresiasi sebesar besarnya kepada mereka yang hatinya tergerak untuk mendalami
ajaran Islam. Binalah mereka dengan syariat dan akidah yang benar agar kedepannya menjadi
muslim yang paripurna dan mencetak muslim sejati lainnya. Karena berislam, bukanlah perkara tampilan, Melainkan soal
ketulusan, semangat, dan aplikasi.(pnurullah)
2 komentar:
jangan matikan sebuah semangat, sekali pun kobaran nya itu sekecil api lilin ...
nice post
Helmi Herdiansyah
terimakasih telah berkunjung,,
Posting Komentar