Jumat, 09 November 2012

Bukan Perkara Tampilan

“Habib, kok begini?” tanya Buya Hamka terheran heran sesaat menyaksikan jamaah wanita KH Habib Utsman yang rata-rata tak berkerudung. Bahkan tak sedikit di antaranya yang mengenakan rok mini. Tentu saja, seorang Buya Hamka merasa asing dengan acara pengajian seperti itu.
Lalu dengan santai, Kyai yang bermarga Al-Aydarus itu menjawab, “Coba Buya lihat dari sisi yang berbeda. Mereka datang ke Masjid Assalam ini saja, sudah merupakan sebuah keberhasilan. Masalah pakaian yang belum layak, itu ihwal yang berbeda. Dan itu yang akan menjadi tugas selanjutnya.“ [] (Tabloid Alhikmah, Edisi Februari 2011)

Syahdan, ada yang menarik dari cuplikan dialog di atas. Sebagai seorang ulama yang terpandang, tentunya pertanyaan Buya Hamka tidaklah keliru. Di benaknya, sebuah majelis itu selayaknya dihadiri oleh orang-orang yang berpakaian rapi nan sopan. Apalagi bila digunakan untuk menuntut ilmu dan mengkaji ayat-ayat Allah.
Namun kenyataannya, antara pandangan teori dengan realitas sosial tak selamanya seiring sekata. Kuatnya cengkraman kemiskinan, cenderung membuat masyarakat lebih memprioritaskan urusan perut daripada rohani. Maka tak berlebihan, bila K.H. Habib Utsman berpendapat “kedatangan mereka ke masjid, adalah suatu keberhasilan.” Baik untuk yang mengajaknya, ataupun yang datang atas inisiatif pribadi.
Sehebat apapun seorang da’i, bila memang tak ada niat yang tulus dari mad’unya untuk mendengarkan, maka apa yang dikatakan da’i tersebut hanya akan masuk telinga kiri lalu keluar telinga kanan. Tengok saja fenomena shalat jumat saat ini. Sebagus apapun pakaian yang dikenakan, sewangi apapun parfum yang digunakan, selebar apapun sajadah yang digelar, tetaplah berujung pada kesia-siaan. Seringkali ada yang tak acuh, niat tidur, dan mengobrol sembari bersandar di sudut belakang masjid.
Kalau sudah seperti ini, bagaimana mungkin cahaya Islam terpancar kepada mereka yang dating hanya sebatas penggugur kewajiban semata? Bukankah Islam itu harus diserukan? Walau satu ayat, kepada siapa saja, dan dalam kondisi bagaimanapun?
Maka, dengan mengucapkan basmallah, mari kita berikan apresiasi sebesar besarnya kepada mereka yang hatinya tergerak untuk mendalami ajaran Islam. Binalah mereka dengan syariat dan akidah yang benar agar kedepannya menjadi muslim yang paripurna dan mencetak muslim sejati lainnya. Karena berislam, bukanlah perkara tampilan, Melainkan soal ketulusan, semangat, dan aplikasi.(pnurullah)

2 komentar:

Mod mengatakan...

jangan matikan sebuah semangat, sekali pun kobaran nya itu sekecil api lilin ...

nice post

Helmi Herdiansyah

Unknown mengatakan...

terimakasih telah berkunjung,,