Selasa, 04 Desember 2012

Meningkatkan Kompetensi Berbasis Praktik

Di tengah derasnya terjangan globalisasi terhadap dunia pendidikan, kualitas diri menjadi sorotan penting untuk diketengahkan ke dalam pembicaraan masyarakat, khususnya bagi para praktisi pendidikan. Impian untuk bisa lulus tepat waktu, meraih gelar, lalu bekerja sesuai dengan jurusan yang telah digelutinya, menjadi sebuah harapan besar dari para akademisi manapun agar proses pendidikan yang selama ini ditempuh tidak terasa sia-sia.

Akan tetapi, ketatnya persaingan kerja setelah lulus nanti ternyata berimbas kepada membengkaknya tingkat pengangguran di negeri ini tiap tahunnya. Hal ini memaksa para sarjana -baik yang baru maupun yang sudah lama- untuk “banting stir 180 derajat“ memilih bekerja apapun walaupun terkadang tidak sesuai dengan jurusannya selama ini. Mungkin saja hal ini terjadi, dikarenakan adanya pergeseran cara berfikir dari dunia kerja sendiri yang mulai mengutamakan nilai kualitas daripada sekadar popularitas. Sehingga tanpa disepakatipun lulusan-lulusan yang hanya mengandalkan pamor tanpa adanya nilai kualitas yang menjanjikan sudah barang tentu tidak akan terpakai atau tersingkir. Kondisi seperti inilah yang menjadi kekhawatiran bagi para calon sarjana dalam menghadapi realitas dunia kerja nanti ketika menempuh proses pendidikan. Lebih buruknya lagi, akan terjadinya penurunan orientasi belajar yang berdampak kepada bergesernya tujuan utama kuliah. 

Adanya globalisasi ini tentunya tidak bisa kita hindari, karena ini merupakan konsekuensi logis dari dinamisnya kehidupan manusia. Begitupun juga dengan ketatnya persaingan kerja -baik antar jurusan maupun dengan mereka yang berbeda jurusan-. Inilah masalah yang perlu kita pecahkan bersama, tidak hanya oleh mahasiswa

Khususnya kepada semua jurusan yang dikelola pihak kampus yang sejatinya mencetak lulusan yang kompeten dan juga siap kerja -tentunya yang dibekali dengan nilai moralitas-.

Perlu disadari, sulitnya mencari pekerjaan yang sesuai dengan jurusan karena memang minimnya kualitas dari lulusan yang bersangkutan, pada kenyataannya minimnya kualitas yang ada bisa terjadi karena persentase teori jauh melebihi persentase praktek yang didapat, oleh karena itu pendidikan berbasis praktek menjadi solusi yang harus segera dilaksanakan tanpa ada lagi proses birokrasi yang berbelit-belit. Tidak hanya penyajian kurikulum yang relevan, penyediaan dosen-dosen yang berkualitas, namun juga ditunjang dengan sejumlah fasilitas yang mumpuni. Sistem pendidikan yang seperti inilah yang mampu mendongkrak kemampuan dasar para civitas akademika, tidak hanya mahasiswanya sebagai objek pengajaran namun juga berimbas kepada kemampuan dosen sebagai staf pendidik. Dengan kata lain, proses pendidikan menjadi tahapan yang harus dilakukan dengan maksimal.

Pertanyaan besarnya,  sudah sejauh manakah pendidikan di Indonesia ini khususnya pihak kampus baik negeri maupun swasta memberikan pelayanan maksimal terhadap mahasiswanya demi membangun kebangkitan pendidikan Indonesia??


*Penulis merupakan alumnus Jurnalistik Universitas Islam Negeri Bandung



0 komentar: