Selasa, 23 November 2010

Sepenggal Catatan Klasik: Waktu Itu

SEPERTI biasa,
warna senja melebur indah bersama kemilaunya biru langit,
deretan awan putih membentuk beberapa hiasan abstrak
 yang menampakkan keAgungan Illahi...

Waktu itu sore begitu cerah, burung-burung gereja beterbangan kesana kemari, seakan tak pernah lelah menjalani kehidupan yang semakin tak tentu arah. Semilir angin berhembus membelai wajah-wajah manusia yang lelah bekerja seharian.
Di daerah  yang tak jauh dari keramaian kota, tersimpan sebuah keluarga sederhana yang saling mencinta dan bahagia dengan segala kesederhanaannya. Keluarga itu baru dikaruniai tiga arjuna mungil dan seorang srikandi yang jelita. Mereka itulah calon keluargaku.
Kala itu, mereka tengah berkumpul memanfaatkan keakraban yang jarang sekali didapatkan. Tak seperti biasanya, sang ayah pulang membawa sebuah nanas madu berukuran sedang.
Tak  lama setelah mereka menikmati nanas tersebut, sesuatu terjadi pada perut sang ibu. Ada semacam reaksi mual dan mules tak karuan. Pusing, jelas terasa sangat. Saat itu sang ibu mengira hanya masuk angin atau cuma karena kelelahan saja, akan tetapi setelah diperiksakan ke dokter, sang ibu mendapatkan kabar yang tak terduga, ternyata ia tengah hamil muda. ( Ah... itu kah aku ???)
Hah... betapa kagetnya setelah mendengar kabar yang baru didengarnya itu. Cemas dan khawatir merasuk halus dalam benaknya, takut terjadi sesuatu yang tidak diharapkan pada calon bayinya yang akan lahir. Mengingat sebelumnya, sang ibu sempat memakan buah nanas -buah yang katanya bisa menggugurkan kandungan-. Namun dibalik karesahannya itu, terpancar raut wajah bahagia tiada terkira. Laahaula walaa quata Illa billlah... bisiknya. Hanya bisa pasrah pada ketetapan-Nya.

 [Sejarah Baru Tertoreh..]
Hari demi hari, bulan demi bulan berjalan terasa lambat. Di sebuah kasur, sang ibu hanya bisa terbaring lemah menahan rasa sakit yang menderanya berkali-kali. Namun sholawat serta do’a senantiasa disenandungkan kehadirat Illahi Rabbi, memohon keringanan dari Sang Pemberi cobaan.
Dukungan dari orang sekitar pun tak ayal menjadi kekuatan tersendiri agar bisa melalui cobaan ini. Allahhu Akbar !! rintihan lemah calon ibuku ketika rasa sakit menyerang kembali.
Hingga suatu waktu, ketika senja mulai berganti malam, sang ibu merasakan pertanda akan kelahiran calon anaknya. Goresan sejarah sebentar lagi tertoreh dalam lembar kehidupannya. Akan terlahir seorang anak yang luar biasa ditengah keluarga yang sederhana.
Aaaaaaaaaaah... Teriakannya memecah kesunyian. Tidak adanya biaya persalinan membuat sang ibu terpaksa melahirkan calon anaknya di rumah temannya yang juga seorang perawat. Walau begitu, ia tetap berusaha melahirkan anaknya dengan selamat.
Setelah menunggu sekian lama, terdengarlah tangisan seorang bayi ditengah malam. Sesosok bayi mungil, atas izin-Nya, berhasil dikeluarkan. Bayi tersebut terlahir normal. Bayi Itu adalah aku.
Sebuah tangisan sederhana sebagai tanda terima kasih, ku persembahkan tulus bagi  ibuku. Karena jasanya yang berjuang tanpa lelah menjaga hingga melahirkanku  dengan sepenuh jiwa.  Puji dan syukur tak henti-hentinya dipanjatkan keluargaku sebagai tanda terima kasih atas KeMaha Pemurahan-Nya.
Setelah proses yang melelahkan dan menegangkan itu usai, aku pun dibersihkan. Pelukan ibuku menjadi sentuhan terhangat pertama yang ku rasakan ketika ku terlahir di dunia ini. 12 Agustus 1990, menjadi tanggal yang bersejarah bagiku. Sebab di tanggal itu, resmi sudah aku menjadi salah satu penduduk di muka bumi ini.

 [Makhluk Suci Itu, Bernama Pipin ..]
Sang pendatang baru itu membuat hubungan penghambaan antara mereka dengan Sang Khalik menjadi semakin romantis. Kedatangannya memberikan satu warna tersendiri yang tak dapat dilukiskan, menambah kemesraan yang luar biasa dalam bahtera keluarganya. Jutaan cium dan peluk mendarat mulus sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang dari orang sekitar.
Seminggu sudah usiaku berada di dunia ini, saatnya aku mendapatkan sebuah do’a yang sudah dipersiapkan jauh-jauh hari sebagai hadiah kedatanganku. Pemberian nama yang indah nan bermakna adalah hadiah yang dimaksud.
Dengan mengucapkan asma Allah, pengazaman, dan basmallah menjadi penguat kedua insan untuk memberikan sebait nama pada buah hatinya yang kelima. Kutipan-kutipan ayat Al-Qur’an, menjadi sebuah rujukan utama agar nama yang diberikan tidak sekadar panggilan yang melekat seumur hidup. Saat itu, dengan mantap terbitlah sebuah nama : ”Pipin Nurullah.
Benar-benar do’a yang luar biasa. Aku di doa’kan senantiasa dinaungi cahaya Allah. Yang indahnya melebihi mutiara dan pelangi, yang terangnya melebihi pelita dan mentari, yang sejuknya melebihi embun yang jatuh dipagi hari. Aku pun diharapkan, senantiasa menebar cinta dan kasih sayang yang tulus dengan cahaya-Nya.
Subhanallah sungguh luar biasa Kasih dan Cinta-Nya. Terima kasih ya Allah, terima kasih wahai ibuku.. terima kasih semuanya.. Senyum indah pun tersungging manis di mulut kecilku, pertanda aku bangga dengan nama tersebut...

***

0 komentar: