Menulis,, ya menulis. Ditemani alunan
gitar dan suar taman, otakku dituntut untuk terus menulis. Apa yang harus
kutulis? Sebetulnya, saya bukanlah orang yang pandai merangkai kata. Apalagi
bila diwaktu seperti ini. T_T
Btw, tentang menulis, saya jadi
teringat dengan salah satu teman yang juga hobi menulis. Di usianya yang masih
belia, dia lebih lama berkecimpung di dunia tulis menulis dibandingkan saya.
Dengan segudang pengalamannya itu, ia selalu mengatakan kepada saya, “Tulislah
apa yang kau pikirkan.” Agak gak ngerti juga dengan ucapannya, pasalnya terlalu
banyak hal-hal yang saya pikirkan, trus mau nulis apa? Masa iyah semua yang
terlintas di benakku yang masih polos ini, harus dituliskan semuanya?
Jujur pada awalnya saya bingung
dengan rumus menulis itu, hingga ia melanjutkan petuahnya. Maksudnya tulislah
apa yang sedang kau pikirkan hingga ide yang ada dipikiranmu itu habis (red.
mentok). Setelah itu, baru edit satu persatu, mana yang kira-kira cocok dengan
yang ingin kau tulis dan mana yang enggak. Begitu rupanya jurus yang ia pakai,
hingga ia berhasil merampungkan buku-bukunya.
Akhirnya saya mengerti petuah itu.
Buktinya, tulisan ini hadir dengan cara yang demikian, padahal awalnya gak
kayak gini.. bwhahahaa.. []
0 komentar:
Posting Komentar